Rabu, 01 Mei 2024
Gencatan Senjata di Gaza Tertunda

Netanyahu Perintahkan Mossad Targetkan Pemimpin Hamas di Mana Pun Berada

* Israel Tangkap Direktur RS Al-Shifa dan Dokter-dokter Senior
Redaksi - Jumat, 24 November 2023 09:07 WIB
Netanyahu Perintahkan Mossad Targetkan Pemimpin Hamas di Mana Pun Berada
(Foto: AP)
KEPUNG RUMAH SAKIT : Prajurit Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengepung Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza. IDF dikabarkan telah menangkap direktur Rumah Sakit Al Shifa, Kamis (23/11).
Jalur Gaza (SIB)
Pelaksanaan gencatan senjata antara pasukan Israel dan Hamas di Jalur Gaza telah tertunda. Seorang pejabat Palestina mengatakan bahwa penundaan implementasi gencatan senjata disebabkan oleh rincian “menit-menit terakhir” mengenai siapa sandera yang akan dibebaskan dan bagaimana caranya.
“Gencatan senjata, yang semula akan mulai berlaku pada hari Kamis (23/11) waktu setempat, tertunda karena nama-nama para sandera Israel dan cara pembebasan mereka”, kata pejabat Palestina tersebut, yang mengetahui proses negosiasi, seperti dikutip Al-Arabiya dan AFP, Kamis (23/11).
Daftar orang-orang yang akan dibebaskan telah dipertukarkan oleh kedua belah pihak, tambahnya. Pertanyaan juga muncul mengenai akses Palang Merah terhadap para sandera sebelum mereka dibebaskan ke Mesir, ujar pejabat tersebut, dan apakah Palang Merah akan memiliki akses terhadap mereka yang masih tersisa. Kepada AFP, pejabat Palestina itu mengatakan bahwa kapan gencatan senjata akan berlaku, nantinya akan diumumkan oleh mediator Qatar, berkoordinasi dengan Mesir dan Amerika.
Di lain pihak, Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi mengatakan pada Rabu (22/11) malam waktu setempat, perundingan mengenai gencatan senjata dengan Hamas masih berlangsung. Ia juga menyebutkan, tidak ada sandera yang akan dibebaskan sebelum hari Jumat (24/11) waktu setempat.
Hanegbi tidak menjelaskan secara rinci alasan di balik penundaan tersebut, dan kapan gencatan senjata akan dimulai masih belum jelas. “Negosiasi pembebasan tawanan kami mengalami kemajuan dan terus berlanjut,” kata Hanegbi dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor perdana menteri Israel.
Menurut media penyiaran publik Israel, Kan, mengutip seorang pejabat Israel, penundaan 24 jam terjadi karena kesepakatan tersebut belum ditandatangani oleh Hamas dan Qatar, pihak yang membantu menengahi perjanjian tersebut. Meski begitu, pejabat tersebut optimis bahwa kesepakatan itu akan diimplementasikan begitu kesepakatan itu selesai ditandatangani.
Sebelumnya pada Rabu (22/11) waktu setempat, Kabinet Perang Israel telah menyetujui gencatan senjata selama empat hari dengan Hamas. Kesepakatan tersebut menyusul perang selama berminggu-minggu di Jalur Gaza setelah serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menurut para pejabat Israel menewaskan sekira 1.200 orang, dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.
Menurut Israel, Hamas akan membebaskan sekira 50 sandera yang ditahan di Gaza dan sebagai imbalannya, Hamas mengatakan bahwa Israel akan membebaskan 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Semua yang akan dibebaskan dengan rasio tiga banding satu tersebut adalah perempuan atau berusia 18 tahun ke bawah. Kesepakatan itu juga akan membuka akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Kesepakatan gencatan senjata ini telah dikonfirmasi oleh kedua belah pihak satu hari sebelumnya, begitu pula oleh Amerika Serikat dan Qatar.



Perintahkan Mossad
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa badan intelijen Israel, Mossad telah diperintahkan untuk bertindak terhadap para pemimpin Hamas di mana pun mereka berada, yang menandai potensi untuk menargetkan mereka di luar Gaza.
Hal itu disampaikan kepada wartawan, Rabu (22/11) malam waktu setempat, ketika dia membela kesepakatan pembebasan sebagian sandera yang mencakup jeda empat hingga sembilan hari dalam perang melawan Hamas di Gaza. “Itu adalah keputusan yang sulit, tapi keputusan yang tepat,” ujar Netanyahu, dikutip The Jerusalem Post, Kamis (23/11).
Dia berbicara setelah pemerintah Israel menyetujui perjanjian yang menyatakan bahwa puluhan sandera Hamas akan dibebaskan dengan imbalan penghentian perang untuk pertama kalinya dan pembebasan para perempuan Palestina dan anak-anak di bawah umur yang dipenjara di Israel. “Saya menginstruksikan Mossad untuk bertindak terhadap para pemimpin Hamas di mana pun mereka berada,” kata Netanyahu sambil mengisyaratkan bahwa Israel dapat menargetkan mereka di luar Gaza, termasuk di Qatar.
Pada hari Selasa lalu, Hamas mengatakan kepada media Lebanon, bahwa wakil komandan Brigade al-Qassam, cabang Hamas di Lebanon, Khalil al-Kharaz, tewas dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan. Menurut laporan media Lebanon, Kharaz tewas dalam serangan udara yang menargetkan kendaraan yang ia tumpangi di jalan antara Chaaitiyeh dan Qlaileh, di selatan Tirus.
Di depan para wartawan, Netanyahu menghindari pertanyaan langsung tentang apakah Israel akan berusaha membunuh para pemimpin Hamas selama jeda perang di Gaza tersebut atau menghentikan upayanya sampai jeda tersebut berakhir.
Dia melontarkan pernyataan keras ketika dia meyakinkan masyarakat Israel bahwa jeda tersebut hanya bersifat sementara, dan bahwa kampanye militer Israel untuk mengusir Hamas dari Gaza akan dilanjutkan setelah jeda pertempuran tersebut selesai.
“Perang terus berlanjut... sampai kita mencapai semua tujuan kita: Mengembalikan semua sandera, melenyapkan Hamas dan memastikan bahwa sehari setelah Hamas, tidak ada elemen yang mendukung terorisme, mendidik anak-anaknya untuk melakukan terorisme, dan membayar teroris atau keluarga mereka untuk menguasai Gaza,” cetus Netanyahu. “Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel. Kami akan memulihkan keamanan di selatan dan utara. Kami menang dan akan terus berjuang hingga kemenangan mutlak,” ujarnya.


Baca Juga:


Tangkap Direktur RS Al-Shifa
Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza dan beberapa dokter senior lainnya telah ditangkap pasukan Israel pada Kamis (23/11) waktu setempat. Penangkapan ini disampaikan oleh seorang dokter di RS terbesar di Jalur Gaza tersebut. “Dokter Mohammad Abu Salmiya ditangkap bersama beberapa dokter senior lainnya,” kata Khalid Abu Samra, kepala departemen di rumah sakit yang menjadi fokus utama operasi Israel melawan Hamas tersebut, seperti dikutip kantor berita AFP, Kamis (23/11).
Sebelumnya, pasukan Israel telah melakukan penyerbuan ke RS Al-Shifa. Israel telah lama menuduh Hamas memiliki pusat komando di bawah gedung RS Al-Shifa dan AS mengatakan intelijen mereka memperkuat tuduhan itu. Namun, Hamas membantahnya.
Militer Israel mengklaim pasukannya berhasil menemukan terowongan bawah tanah yang ada di bawah kompleks Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza. Militer Israel menyebut terowongan bawah tanah itu membentang sepanjang 55 meter di bawah rumah sakit terbesar di Jalur Gaza tersebut.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, militer Israel mengungkapkan temuan terowongan bawah tanah itu dalam pernyataan pada Minggu (19/11). Pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa sejak Rabu (15/11) untuk memburu pusat komando Hamas yang diyakini ada di bawah kompleks rumah sakit.
Militer Israel menyebut terowongan bawah tanah itu sebagai terowongan teror. Disebutkan bahwa terowongan bawah tanah itu membentang di bawah kompleks RS Al-Shifa hingga ke bagian blast door atau pintu untuk melindungi bangunan dari ledakan. Kelompok Hamas telah membantah klaim Israel ini. (**)


Baca Juga:
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Pria Israel Diduga Agen Mossad Ditangkap, Malaysia Tingkatkan Keamanan
Pengadilan Turki Perintahkan Penangkapan 15 Orang Terkait Mossad
Biden Ingatkan Netanyahu: Pendudukan Gaza Akan Jadi Kesalahan Besar
Dalam 6,5 Jam, Mossad Sukses Mencuri Dokumen Nuklir Iran dari Teheran
Kisah Mossad Gunakan Gadis Cantik Rekrut Agen Arab
Buka Lowongan, Mossad Gaet Agen-agen Perempuan
komentar
beritaTerbaru