Rabu, 01 Mei 2024

Warga China Protes Aturan Pembatasan Covid, Tuntut Xi Jinping Mundur

Redaksi - Senin, 28 November 2022 09:59 WIB
Warga China Protes Aturan Pembatasan Covid, Tuntut Xi Jinping Mundur
(AFP/HECTOR RETAMAL)
Seorang pria ditangkap dalam unjuk rasa memprotes pembatasan COVID-19 yang berujung bentrokan.
Shanghai (SIB)
Sejumlah aksi protes terhadap kebijakan pembatasan Covid-19 menyebar ke banyak kota di China, termasuk di Shanghai. Gelombang kemarahan baru dipicu oleh kebakaran di salah satu gedung tinggi di Urumqi, Ibu Kota wilayah Xinjiang.

Dilansir dari Reuters, Minggu (27/11), diketahui kebakaran yang terjadi pada Kamis itu dan menewaskan 10 orang di satu gedung tinggi di Urumqi, Xinjiang telah memicu kemarahan publik.

Banyak pengguna internet menduga warga tidak dapat melarikan diri tepat waktu karena sebagian bangunan dikunci. Dugaan itu dibantah oleh pejabat kota.

Kebakaran tersebut telah memicu gelombang pembangkangan sipil, termasuk pada hari Jumat di Urumqi, yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu.

Diberitakan AFP, sejumlah pengguna media sosial pada Jumat (25/11) waktu setempat meluapkan amarahnya di medsos dengan mengklaim bahwa kebijakan lockdown di kota tersebut menghambat upaya penyelamatan oleh petugas.

Sejumlah video muncul menunjukkan kerumunan orang turun ke jalanan di Urumqi memprotes kebijakan tersebut.

Aksi itu dilakukan lantaran warga frustasi dengan kebijakan China yang dinilai intoleran.

Satu rekaman yang telah diverifikasi oleh AFP memperlihatkan ratusan orang berkumpul di luar kantor pemerintah Kota Urumqi pada malam hari dan menyerukan: "Sudahi lockdown!"

Video lain memperlihatkan puluhan orang berbaris di timur kota sambil meneriakkan slogan yang sama sebelum kemudian berhadapan dengan barisan pejabat berpakaian hazmat. Mereka juga tampak marah dan menegur petugas keamanan.

Dengan demikian, AFP belum bisa memverifikasi kapan protes tersebut terjadi.

Menanggapi hal itu, pihak berwenang China pada Sabtu pagi menyensor konten-konten yang dianggap sensitif secara politik dan menghapus sejumlah unggahan serta tagar yang berkaitan dengan kebakaran.

Polisi Urumqi pada Jumat juga sempat mengatakan di media sosial Weibo bahwa mereka telah menahan seorang wanita bermarga Su karena "menyebarkan desas-desus online" yang berkaitan dengan jumlah korban dari kebakaran tersebut.

Terkait kebakaran itu, penyelidikan awal menunjukkan bahwa kobaran api disebabkan oleh papan soket listrik di kamar tidur salah satu keluarga.

Kepala pemadam kebakaran dan penyelamatan Urumqi, Li Wensheng, mengatakan evakuasi kebakaran itu sulit dilakukan lantaran "kurangnya lahan parkir dan sejumlah besar kendaraan pribadi yang terparkir di kedua sisi" jalan sempit menuju gedung tersebut.

Atas insiden ini, Wali Kota Urumqi, Maimaitiming Kade, pun menyampaikan permintaan maaf kepada publik.

Namun, pemerintah dengan tegas membantah bahwa pihaknya menutup pintu-pintu penduduk dengan kabel besi seiring pemberlakuan lockdown, seperti yang dituduhkan masyarakat.

Sementara itu, di Shanghai, massa berkumpul pada Sabtu malam di jalan Wulumuqi untuk menyalakan lilin yang berubah menjadi aksi protes pada Minggu pagi.

Kemudian sekelompok polisi menyaksikan massa mengangkat kertas kosong yang merupakan simbol protes terhadap penyensoran.

Kemudian, mereka berteriak, "cabut lockdown untuk Urumqi, cabut lockdown untuk Xinjiang, cabut lockdown untuk seluruh China!", menurut sebuah video yang beredar di media sosial.

Di titik lain, sekelompok besar mulai berteriak, "turunkan Partai Komunis China, turunkan Xi Jinping", menurut saksi dan video, dalam protes publik yang jarang terjadi terhadap kepemimpinan negara. Polisi sempat mencoba membubarkan massa.[br]




China berpegang pada kebijakan nol-Covid-nya ketika sebagian besar dunia mencoba hidup berdampingan dengan virus corona.

Meski rendah menurut standar global, kasus China telah mencapai rekor tertinggi selama berhari-hari, dengan hampir 40.000 infeksi baru tercatat pada hari Sabtu.

China membela kebijakan nol-Covid khas Xi sebagai penyelamat jiwa dan diperlukan untuk mencegah sistem perawatan kesehatan yang berlebihan.

Para pejabat China berjanji melanjutkannya meskipun penolakan publik meningkat dan jumlah korban yang meningkat pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

China sendiri sejak awal memang menerapkan kebijakan nol Covid atau zero Covid di sebagian besar wilayahnya.

Beijing menerapkan lockdown, karantina panjang, dan tes massal Covid-19 sebagai upaya mengendalikan pandemi.

Pada Sabtu, China mencatat 34.909 kasus lokal baru di mana sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala, menurut Komisi Kesehatan Nasional. (Rtr/detiknews/a)




Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Warga China Pemegang e-VOA Pertama Tiba di RI
260 Juta Warga China Tetap Mudik Jelang Imlek di Tengah Gejolak Omicron
Warga China Mulai Stres hingga Frustasi Jalani Lockdown Covid-19
Varian Delta Mengganas, Jutaan Warga China Di-lockdown
AS Batalkan 1.000 Visa Warga China, Kebanyakan Mahasiswa dan Peneliti
komentar
beritaTerbaru