Kamis, 12 September 2024

Ketua MPR RI: Idealnya Calon Kepala Daerah Kader Parpol yang Dikader Betul-betul

* Megawati Sebut Politik Sekarang Pragmatis, Melupakan Suara Hati Demi Kekuasaan
Redaksi - Sabtu, 06 Juli 2024 10:13 WIB
366 view
Ketua MPR RI: Idealnya Calon Kepala Daerah Kader Parpol yang Dikader Betul-betul
(dok.istimewa)
Foto: Ketua MPR RI Bamsoet
Jakarta (SIB)
Ketua MPR, Bambang Soesatyo (Bamsoet), bicara soal Pilkada. Dia mengatakan saat ini partai politik banyak memburu calon kepala daerah di luar kader sendiri.


"Kita juga sempat menyinggung fenomena yang menarik terkait Pilkada. Sekarang ada kecenderungan parpol memburu calon-calon kepala daerah," kata Bamsoet usai pertemuan dengan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Jakarta, Jumat (5/7).


Politikus Golkar ini mengatakan idealnya calon kepala daerah adalah kader partai politik. Dia mengatakan calon kepala daerah juga harus memiliki pemahaman tentang daerah yang akan dipimpin.

Baca Juga:

"Yang ideal seharusnya kepala daerah itu adalah berasal dari kader-kader parpol yang sudah dikader betul-betul. Memiliki yang ideologi partainya, memiliki pemahaman tentang kebangsaan dan pemahaman tentang daerah yang akan mereka pimpin," tuturnya, seperti yang dilansir Koran SIB.


Bamsoet mengaku menyerahkan perubahan sistem kepada pemerintah dan MPR yang akan datang. Dia mengatakan pilihan sistem politik harus dilihat lebih banyak baik atau buruknya.

Baca Juga:

"Jadi kecenderungan-kecenderungan ini tadi sempat kita singgung. Apakah pilihan politik kita hari ini lebih banyak manfaatnya atau justru lebih banyak mudaratnya. Itu nanti kita serahkan pada pemerintah yang akan datang, maupun kepada pimpinan MPR yang akan datang," ujarnya.

Pragmatis

Sementara itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung stanza-stanza di lagu Indonesia Raya saat pidato di Sekolah Partai PDIP. Megawati menyebut politik sekarang mengabaikan nilai-nilai yang ada dalam stanza lagu Indonesia Raya tersebut.


"Dalam stanza kedua tertandu spiritualitas kebangsaan kita yang mengingatkan kita untuk sadarlah budinya, sadarlah hatinya. Terus sekarang nanya, sekarang ini manusia Indonesia dalam masalah etika moral dan hati nuraninya apakah sesuai dengan stanza kedua? Jawab sendiri," kata Megawati dalam pidatonya, Jumat (5/7).


Megawati menyebut saat ini politik Indonesia sangat pragmatis. Menurutnya, banyak pihak yang melupakan budi suara hati demi ambisi kekuasaan.
"Kenapa? Karena betul betul sekarang ini politik kita pragmatis sekali, jadi melupakan budi suara hati, hanya demi ambisi kekuasan. Apakah kita mau menjadi begitu?" ucapnya.


Dia lantas menyinggung pihak yang berasal dari anak ranting lalu menginjak rakyat. Ada pula, kata dia, yang dari pemimpin lalu menginjak rakyat.


"Dari hanya anak ranting, lalu hanya menginjak rakyat, apa lagi dari pemimpin, hayo? Pikir. Kamu ya wartawan mikir, ini tulis, jangan asal kutip. Kalian orang Indonesia tahu nggak, kalian juga karena berita berita tidak membangun yang namanya rasa kebangsaan kita karena dipotong-potong, karena dipotong-potong. Kalau berani nulis ini, angkat saya jempol saya," ujar dia.


Bagaimana bunyi stanza kedua Indonesia Raya? Berikut bunyinya:
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
P'saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya. (**)

Editor
: Redaksi
SHARE:
komentar
beritaTerbaru