Medan (SIB)- Pada triwulan I 2016 dan seterusnya, perekonomian Sumatera Utara masih memiliki optimisme tinggi seiring dengan kondisi yang kuat baik sisi eksternal maupun internal. Hal itu ditegaskan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumatera Utara Subintoro di kantornya Rabu (25/5), pada acara.
Focus Group Discussion hasil riset growth diagnostic "Strategi pertumbuhan Untuk Mendukung Reformasi Struktural Indonesia" di gedung BI lantai 9 Jalan Balai Kota Medan.
Pembicara pada diskusi itu antara lain Donni Fajar Anugerah dari Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI dan Rudi Dogar Harahap SE MBA dari Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi USU.
Subintoro menjelaskan perekonomian Sumut masih optimis karena dari sisi eksternal membaik. Perekonomian triwulan I 2016 naik dibanding triwulan IV 2015. Inflasi 2016 sebesar 7,7%, meningkat dibanding posisi sama tahun lalu sebesar 5,3%. April 2016, tekanan inflasi jadi deflasi atau minus 1,16% dan 0,89%.
"Kondisi ini didorong tekanan inflasi pada bahan pangan yang meningkat utamanya cabe merah dan bawang merah," katanya.
Kendati begitu, perekonomian regional Sumut 1 masih dirasakan slow down dari 5,3% (yoy) jadi 5,0%. Kegiatan investasi belum berjalan optimal, sejalan dengan kondisi ekonomi global. Belum lagi pada minggu-minggu terakhir rupiah tertekan dari Rp12.000-Rp13.700 per dolar AS.
Meski kondisi masih kuat, menurut Subintoro, dampak perlambatan ekonomi global sulit dihindari. Produk manufaktur kalah bersaing terhadap produk luar yang akan berdampak adanya defisit perdagangan. Belum lagi bahan baku manufaktur yang impor.
"Salah satu masalah, reformasi struktural, tapi reformasi itu belum terlihat dampaknya bagi perekonomian nasional," katanya.
Menurutnya, dimensi tantangan yang dihadapi Indonesia, juga harus memperhatikan keunikan potensi satu daerah. Wilayah barat dominasi perkebunan, wilayah Jawa manufaktur dan wilayah Timur pertambangan, ditambah lagi kebijakan yang berbeda. Jadi harus dicari fokus mana yang paling penting, sehingga dapat dicari permasalahan terbesar yang dimiliki daerah.
BI melalui kantor di daerah berupaya aktif dalam pembangunan ekonomi daerah dengan memberikan analisis ekonomi daerah untuk memperkuat daerah tersebut.
Diskusi hasil riset ini diharapkan dapat jadi referensi dalam pembangunan di daerah. "Harapan kami bahwa reformasi struktural dapat memberikan hal positif," ujarnya.
Banyak masukan
Dalam diskusi itu banyak masukan dari SKPD Kabupaten dan Kota di Sumut. Misalnya soal listrik yang padam di Nias Selatan hendaknya dapat menjadi perhatian pemerintah.
"Sejak listrik padam di Nias, terjadi kenaikan harga-harga bahan pokok. Es batu saja yang biasanya Rp 1.500 jadi Rp 5.000, ujar salah seorang SKPD dari Nisel.
Hampir tiap hari, katanya, 6 sampai 10 jam gelap. Minggu lalu 12 jam mati, hidup 30 menit.
Sedangkan utusan SKPD dari Sergai mengungkapkan banyak nelayan di Tanjung Beringin sebelum melaut menggunakan narkoba lebih dulu dengan alasan agar tahan dan kuat selama di laut.
Di satu sisi para SKPD meminta infrastruktur menjadi perhatian, termasuk pengadaan gas agar investor mau berinvestasi di Sumut.
Pejabat dari BI Budi menyatakan, banyaknya informasi dari para SKPD dan peserta lainnya sebagai masukan, "Kami tidak memberi tanggapan hanya masukan, ujarnya. (A2/d)