Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 30 Mei 2025

Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Terburuk Ketiga di Dunia

Redaksi - Kamis, 29 Mei 2025 10:25 WIB
295 view
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Terburuk Ketiga di Dunia
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc
Ilustrasi - Suasana deretan gedung yang tersamar polusi di Jakarta Timur, Selasa (30/7/2024).
Jakarta (harianSIB.com)

Kualitas udara di Jakarta pada Kamis pagi ini menempati peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia. Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.49 WIB, indeks kualitas udara (Air Quality Index/AQI) Jakarta tercatat di angka 154.

Angka ini masuk dalam kategori tidak sehat, dengan polusi PM2.5 mencapai konsentrasi 60 mikrogram per meter kubik.

Baca Juga:

Kategori "tidak sehat" berarti kualitas udara dapat berdampak merugikan bagi kelompok sensitif, seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan. Paparan dalam jangka panjang juga bisa memengaruhi hewan sensitif serta menyebabkan kerusakan pada tumbuhan dan estetika lingkungan.

Sebagai perbandingan, kategori kualitas udara lainnya berdasarkan konsentrasi PM2.5 adalah sebagai berikut:
* Baik (0–50): Tidak berdampak pada kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, maupun estetika.
* Sedang (51–100): Tidak berdampak pada manusia dan hewan, tetapi dapat memengaruhi tumbuhan sensitif dan estetika.
* Tidak sehat bagi kelompok sensitif (101–150): Berpotensi merugikan kelompok rentan.
* Tidak sehat (151–200): Berisiko bagi semua kelompok, terutama yang rentan.
* Sangat tidak sehat (201–299): Dapat berdampak serius bagi kesehatan pada sebagian besar populasi.
* Berbahaya (300–500): Kualitas udara sangat buruk dan berisiko tinggi bagi kesehatan seluruh populasi.

Baca Juga:

Dilansir dari Antara, adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Kinshasa, Kongo dengan indeks kualitas udara di angka 181. Kemudian di urutan kedua diikuti Delhi, India di angka 160 dan ketiga Jakarta, Indonesia di angka 154.

Diketahui, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.

"Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat," kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3).

Ia menambahkan keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis.

Asep mengatakan penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif. Dia menilai yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara.

DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan lebih luas dan akurat.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru