Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 25 Mei 2025

Whoosh Dituding Penyebab WIKA Alami Kerugian Besar

Wilfred Manullang - Kamis, 11 Juli 2024 19:54 WIB
447 view
Whoosh Dituding Penyebab WIKA Alami Kerugian Besar
Foto: Shutterstock/Jiaye Liu
Ilustrasi kereta cepat
Jakarta (harianSIB.com)
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA ) mengalami kerugian besar pada 2023 yang sebagian besar disebabkan oleh proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh.

Penyebab utamanya termasuk dana yang besar yang telah diinvestasikan oleh WIKA sekitar Rp6,1 triliun untuk proyek tersebut, serta sekitar Rp5,5 triliun yang masih dalam sengketa atau belum dibayar.

Hal ini telah menyebabkan perusahaan harus mencari modal tambahan melalui penerbitan obligasi, yang pada akhirnya memperbesar beban keuangan mereka.

Baca Juga:

"Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1 triliun. Kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun. Sehingga hampir Rp12 triliun," ujar Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (8/7) dilansir dari CNN Indonesia, Kamis (11/7/2024).

PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang menggenggam mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60 persen. WIKA sendiri menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan kepemilikan 38 persen saham.

Baca Juga:

Dengan demikian, Agung menambahkan perseroan harus mengumpulkan modal melalui penerbitan obligasi yang akhirnya membuat beban keuangan membengkak.

"Sehingga mau tidak mau untuk uang ini, mau tidak mau WIKA juga harus melakukan pinjaman melalui obligasi ya. Apalagi dengan adanya bisnis properti yang kita memberikan SHL (surat hibah lahan) yang cukup besar pada kurun waktu 2019-2022," jelasnya.

Perusahaan sebelumnya mencatatkan rugi Rp7,12 triliun sepanjang 2023. Kerugian bersih pun membengkak 11.860 persen dari kerugian pada 2022 yakni Rp59,59 miliar.

Tercatat, beban perusahaan membengkak yang terdiri dari beban lain-lain naik 310,16 persen menjadi Rp5,40 triliun. Sementara beban keuangan meningkat 133,70 persen sebesar Rp3,20 triliun pada 2023. (*)

Editor
: Wilfred Manullang
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru