Sosok bersahaja, dermawan dan tidak suka publikasi membuat tidak banyak orang tahu di balik sukses PT Totalindo Eka Persada menjadi perusahaan konstruksi terkemuka di Indonesia itu ada seorang Ir Donal Sihombing, putra asal Lintong Ni Huta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Awalnya, Donal Sihombing sarjana teknik sipil lulusan Amerika ini adalah seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan konstruksi. Hingga pada suatu pagi di tahun 1995, ia menjadi korban fitnah dan persaingan tidak sehat sesama karyawan yang mengakibatkan ia kehilangan pekerjaannya. Kalau bagi sebagian orang dipecat adalah petaka, tidak demikian halnya dengan Donal. Pemecatan ini justru menjadi momentum kebangkitannya dari karyawan menjadi pengusaha. Betapa tidak, beberapa jam setelah dipecat, siang harinya sekitar pukul 14.00 WIB, pengusaha Djoko Tjandra meneleponnya dan dipercaya meneruskan pekerjaan pembangunan mall dan apartemen Taman Anggrek yang kini berdiri kokoh di Jakarta Barat itu.
Dalam sekejap, status karyawan pun berubah menjadi pengusaha. Seperti umumnya perusahaan baru merintis, Donal Sihombing yang sudah menyandang predikat pengusaha bersama PT Totalindo Eka Persada pun tidak berjalan mulus, penuh tantangan dan jatuh bangun. Tak jarang ia dihadapkan pada situasi sulit, utamanya saat harus memenuhi tanggungjawab besar, yakni pembayaran gaji karyawan.
"Pernah di tahun 1999, perusahaan hanya memiliki uang sebesar Rp. 1.250.000 sementara gajian tinggal hitungan hari. Saya dengan Pak Djalan Sihombing pergi ke sana ke mari cari pinjaman dan hasilnya nihil. Di saat yang tepat pertolongan Tuhan datang. Seseorang menawarkan pekerjaan dan memberi uang muka Rp. 50 juta," kenang Donal.
Secara perlahan tapi pasti PT Totalindo Eka Persada di bawah kendalinya terus bergerak maju. Putra Lintong Ni Huta ini pun mengungkap rahasianya. Pengalaman, disiplin dan kerja keras adalah kuncinya. Hal yang utama yang membuatnya tekun dan kerja keras adalah karena memedomani Kolose 3;23 yang berbunyi "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia". Mental pekerja yang tekun saat diawasi dan main-main saat tidak diawasi adalah tipe pekerja yang tidak akan siap menangkap peluang.
Menurutnya, apa yang dia raih sejauh ini lebih ditentukan pada kesiapannya saat menangkap peluang awal. Andai saja ia tidak tekun, disiplin dan kerja keras, ia yakin tidak akan mampu menangkap peluang yang datang dari seorang Djoko Chandra kala itu dan menyelesaikannya dengan baik. Prinsip kerja keras dan disiplin yang ia terapkan saat jadi karyawan menjadikannya siap dan tertantang untuk mengambil peluang yang datang. Semasa karyawan, Donal mengaku bekerja antara 16-20 jam dalam satu hari. Beda dengan karyawan lain yang hanya bekerja tak lebih dari 10 jam sehari. "Inilah yang menjadi pembeda. Saya disiplin, tekun dan kerja keras karena saya tidak mau menjadi orang yang biasa-biasa. Saya mau menjadi orang yang luar biasa, tentu dengan usaha yang luar biasa pula," kata Donal.
Kini, di usia Donal Sihombing yang ke-60 dan usia perusahaan yang ke-22, PT Totalindo Eka Persada telah menjelma menjadi sebuah perusahaan konstruksi terkemuka dan terpercaya di tanah air. Donal dengan PT Totalindo juga sangat disegani dan kerap disejajarkan dengan perusahaan sejenis seperti PT PP, PT Wijaya Karya, dan PT Waskita Karya. Pembangunan gedung-gedung pencakar langit di seantero negeri pun banyak yang dipercayakan kepada perusahaan ini. Sebut saja di Jakarta ada Grand Indonesia Kempinski di Bundaran HI, Apartemen Kota Casablanca, Kalibata City, Basura, Mall Taman Anggrek, Pakuwon apartemen, Menteng Apartemen dan lainnya. Di Medan saat ini PT Totalindo juga sedang mengerjakan Agung Podomoro Land Medan dengan nilai proyek hampir mencapai Rp. 4 triliun. Tak hanya di dalam negeri, PT Totalindo juga sudah dipercaya membangun gedung pencakar langit di Abudhabi, Uni Emirat Arab.
Perusahaan yang dinahkodai putra asal Lintong Ni Huta Humbang Hasundutan ini juga memiliki sekitar 10000 karyawan. Tak hanya karyawan lokal, PT Totalindo juga mempekerjakan beberapa orang tenaga ahli asing seperti dari Jepang, Korea dan Amerika. (BR7/d)