Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 18 Mei 2025

Militer Kudeta Pemerintahan Guinea, Presiden Alpha Conde Ditangkap

* PBB Mengutuk, Serukan Pembebasan Conde
Redaksi - Selasa, 07 September 2021 09:10 WIB
541 view
Militer Kudeta Pemerintahan Guinea, Presiden Alpha Conde Ditangkap
(Foto: AFP/ Cellou Binani)
RAYAKAN: Warga Guinea merayakan penangkapan Presiden Alpha Conde oleh militer dari Pasukan Khusus di jalan-jalan, Minggu (5/9) waktu setempat. Militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan Guinea. 
Conakry (SIB)
Militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan Guinea. Tak hanya itu, mereka pun menangkap Presiden Alpha Conde.
Dilansir dari AFP, kudeta di wilayah Afrika Barat itu berlangsung pada Minggu (5/9) waktu setempat. Kudeta dijalankan oleh militer dari Pasukan Khusus.

"Kami telah memutuskan, setelah menangkap presiden, untuk membubarkan konstitusi," kata seorang perwira berseragam yang diapit oleh tentara yang membawa senapan serbu, dalam sebuah video yang dikirim ke AFP.

Di video lain yang diterima oleh AFP, Presiden Alpha Conde tampak kusut di sofa yang dikelilingi oleh tentara. Dia menolak menjawab pertanyaan dari salah seorang soal kondisinya teraniaya atau tidak.

Kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, muncul di televisi publik, mengenakan bendera nasional, dan menyebut salah urus oleh pemerintah sebagai alasan di balik tindakannya.

"Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakan politik kepada rakyat," kata pemimpin kudeta itu.

"Guinea itu cantik. Kita tidak perlu memperkosa Guinea lagi, kita hanya perlu bercinta dengannya," tambah Doumbouya.

Terapkan Jam Malam
Pemimpin kudeta Guinea mengumumkan jam malam nasional sampai pemberitahuan lebih lanjut. Selain itu, mereka megganti gubernur dengan pejabat yang berasal dari militer.

Junta militer mengatakan, dalam sebuah pernyatan di stasiun tv nasional, mereka kan bertemu dengan menteri kabinet Conde, dan dua pejabat tinggi lainnya pada Senin (6/9) pukul 11.00 pagi (11.00 GMT), di Ibu Kota Conakry.

AWAL KUDETA
Kudeta terjadi di Guinea, yang merupakan salah satu negara termiskin di kawasan Afrika Barat. Kudeta ini terjadi setelah ada amandemen konstitusi pada 2020 yang memungkinkan presiden menjabat 3 periode.

Dilansir dari AFP, Senin (6/9), kudeta tersebut juga membubarkan konstitusi.

"Kami telah memutuskan, setelah mengambil presiden, untuk membubarkan konstitusi," kata seorang perwira berseragam diapit oleh tentara yang membawa senapan serbu dalam sebuah video.

Petugas itu mengatakan, perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup dan pemerintah dibubarkan.

Conde merupakan mantan pemimpin oposisi yang pernah dipenjara dan dijatuhi hukuman mati. Dia kemudian menjadi pemimpin pertama Guinea yang terpilih secara demokratis pada 2010 dan memenangkan pemilihan kembali pada 2015.

Dia selamat dari upaya pembunuhan pada tahun 2011. Namun belakangan, Conde dituduh hanyut ke dalam otoritarianisme.
Hal itu bermula dari pemilihan presiden terbaru di Guinea yang digelar pada Oktober 2020. Pemilu itu dianggap dinodai oleh kekerasan dan tuduhan kecurangan.

Conde, yang maju lagi dalam Pemilu 2020, memenangkan masa jabatan ketiga yang kontroversial. Periode ketiganya didapat setelah mendorong perubahan konstitusi pada Maret 2020 yang memungkinkan dia menghindari batas dua masa jabatan presiden di negara itu.

Puluhan orang tewas dalam demonstrasi menentang masa jabatan ketiga untuk Conde. Ratusan orang lainnya ditangkap.
Conde kemudian diproklamasikan sebagai presiden pada 7 November tahun lalu. Penantang utamanya, Cellou Dalein Diallo dan tokoh oposisi lainnya mencela pemilihan itu sebagai tipuan. Pemerintah kemudian menangkap beberapa anggota oposisi terkemuka atas dugaan peran mereka dalam bersekongkol dengan kekerasan pemilu di negara itu.

Kecaman Internasional
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengutuk kudeta dalam cuitannya di Twitter dan menyerukan pembebasan Conde. Ketua Uni Afrika, Presiden DR Kongo Felix Tshisekedi, dan kepala badan eksekutifnya, mantan perdana menteri Chad Moussa Faki Mahamat, juga mengutuknya, menyerukan pembebasan segera Conde.

Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), melalui penjabat presidennya, pemimpin Ghana Nana Akufo-Addo, mengancam sanksi jika tatanan konstitusional Guinea tidak dipulihkan. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menuntut penghormatan terhadap keadaan hukum, kepentingan perdamaian dan kesejahteraan rakyat Guinea.

Pemberontakan itu mengikuti ketegangan politik yang berlangsung lama di Guinea yang pertama kali didorong oleh upaya Conde yang sangat diperebutkan untuk masa jabatan presiden ketiga tahun lalu. Sehari sebelum pemilihan presiden tahun lalu, militer memblokir akses ke wilayah Kaloum setelah dugaan pemberontakan militer di timur ibu kota.

Para komplotan kudeta telah mengumumkan komite nasional untuk perakitan dan pengembangan dan mengatakan konstitusi akan ditulis ulang. Letnan Kolonel Doumbouya juga mengatakan kepada media Prancis bahwa dia mendapat dukungan dari semua pasukan pertahanan dan keamanan.

Berita kudeta memicu perayaan di beberapa bagian ibu kota, di mana ratusan orang bertepuk tangan untuk para tentara.
"Kami bangga dengan pasukan khusus. Kematian bagi para penyiksa dan pembunuh masa muda kita," kata seorang demonstran yang meminta namanya tidak disebutkan. (detikcom/c)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru