Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 07 Juli 2025

Ephorus HKBP Desak Pemerintah Selamatkan Hutan Sekitar Danau Toba

Redaksi - Senin, 17 Mei 2021 10:56 WIB
758 view
Ephorus HKBP Desak Pemerintah Selamatkan Hutan Sekitar Danau Toba
Foto Istimewa
Ephorus HKBP, Pdt Dr Robinson Butarbutar
Medan (SIB)
Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butarbutar mengatakan, banjir bandang yang telah terjadi, Rabu (13/5) di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara merupakan dampak penurunan kualitas lingkungan hidup dan hutan di sekitar Danau Toba.

Banjir bandang serupa sudah beberapa kali pernah terjadi seperti pada Desember 2018, Pebruari 2019 dan Juli 2020 lalu yang mengakibatkan kerugian material di pihak masyarakat termasuk terganggunya arus lalulintas di daerah itu.

"Berdasarkan investigasi Komite Gereja dan Masyarakat (KGM) HKBP dengan mitranya, atas rentetan peristiwa tersebut, memiliki kaitan yang erat dengan aktivitas penebangan hutan di Sitahoan dan kawasan hutan Sibatuloting, baik untuk kepentingan hutan tanaman industri (penanaman eukaliptus), pemanfaatan kayu dan hasil hutan oleh para pengusaha lokal ditambah oleh aktivitas pertanian masyarakat dalam skala yang jauh lebih kecil, ujar Ephorus HKBP dalam siaran pers, Jumat (14/5).

HKBP, kata Ephorus mendesak pemerintah pusat dan daerah, swasta serta masyarakat agar sesegera mungkin melakukan langkah-langkah konkrit untuk menyelamatkan lingkungan hidup dan hutan di sekitar Danau Toba.

"Pemeliharaan lingkungan hidup dan merupakan faktor penting keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur serta aneka fasilitas umum yang dibangun pemerintah pusat akhir-akhir ini sekitar Danau Toba sebagai kawasan strategis pariwisata nasional yang kita harapkan membawa perbaikan kesejahteraan bagi rakyat," ujar Ephorus HKBP.

Pemerintah pusat dan daerah perlu mengkaji kebijakan yang lebih spesifik untuk menghentikan laju deforestasi, memberikan sanksi tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada setiap pihak yang merusak serta mengembalikan fungsi hutan di sekitar Danau Toba sebagai hutan alam untuk menyangga kelestarian dan keindahan Danau Toba, flora dan fauna serta kesejahteraan masyarakat," tegasnya.

Disebutkan lebih lanjut, di Sualan sampai Tanjuk Dolok, Parapat terdapat sejumlah aliran sungai yang airnya bersumber dari Sitahoan dan kawasan hutan Sibatuloting. Kini, bila hujan deras terjadi, sungai-sungai kecil ini akan meluap membawa material lumpur dan bebatuan yang sangat mengancam seperti sudah terjadi berulang kali. Jika degradasi hutan terus berlangsung, banjir bandang di kawasan ini akan semakin sering terjadi.

"Sebagai danau vulkanik, secara umum struktur dengan konfensi tanah di sekitar Danau Toba tanah berpasir dan bebatuan serta topografinya berbukit-bukit. Fakta tersebut mengingatkan semua pihak akan besarnya potensi bencana serta terpanggil untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan hutan ujar Ephorus dalam rilisnya.

Sesuai dengan Konfessi HKBP 1996 pasal 5 tentang Kebudayaan dan Lingkungan, HKBP mempercayai bahwa Allah menciptakan manusia dengan tempat tinggalnya dan tempatnya bekerja di dunia ini. Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk memelihara dunia ini dengan tanggungjawab penuh (Kejadian 2 : 5 - 15). "Kita menyaksikan tanggungjawab manusia untuk melestariakan semua ciptaan Allah (Mzm, 8 : 4-10). Menentang setiap kegiatan yang merusak lingkungan seperti membakar dan menebang pohon di hutan atau hutan belantara (Ul. 5:15, 21; Ul. 19-20). Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan hutan yang berkesinambungan adalah panggilan kita sebagai warga gereja," ujar Ephorus HKBP.

HKBP, menurut Ephorus Robinson Butarbutar, berkomitmen menolong korban bencana alam. HKBP juga siap bekerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk menjadi mitra menjaga lingkungan hidup dan hutan sekaligus mendorong dan mengapresiasi program reboisasi yang ramah lingkungan, terencana dan konsisten. (A13/f)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru